Latar belakang berdirinya kerajaan
Latar
belakang terbentuknya kerajaan Tarumanegara berkaitan erat kaitannya dengan
keruntuhan Kerajaan Salakanegara
berdasarkan naskah Wangsakerta dari Cirebon, Kerajaan Tarumanegara didirikan
oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman sekitar antara tahun 358
- 450 M. Kerajaan ini bermula dari sebuah kerajaan kecil ditepi
sungai Gomati dan Candrabaga atau saat ini kita kenal dengan daerah Bekasi.
Perkembangan
Kerajaan
Tarumanegara
mengalami masa kejayaan atau masa keemasan hanya sekitar
3 generasi dari awal pembentukannya. masa kejayaan pada
kepemimpinan raja ketiga, Purnawarman, cucu dari
Rajadirajaguru Jayasingawarman.
Pada masa
kejayaannya Tarumanegara mengalami perkembangan pesat seperti :
•
memperluas
wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
kekuasaannya,
•
membangun
berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian kerajaan. salah satunya
adalah sungai Gomati dan Candrabagan untuk mencegah banjir saat musim hujan,
juga berperan dalam pengairan lahan pertanian sawah untuk kehidupan ekonomi
masyarakat.
•
Kemampuan
kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi saat pembangunan sungai Gomati dan
candrabangan
Raja Raja
Raja raja
yang pernah berkuasa dikerajaan Tarumanegara, diantaranya yaitu :
1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman
382-395 M
3. Purnawarman
395-434 M
4. Wisnuwarman
434-455 M
5. Indrawarman
455-515 M
6. Candrawarman
515-535 M
7. Suryawarman
535-561 M
8. Kertawarman
561-628 M
9. Sudhawarman
628-639 M
10. Hariwangsawarman
639-640 M
11. Nagajayawarman
640-666 M
12. Linggawarman
666-669 M
Masa
Runtuhnya
•
Keruntuhan
Kerajaan tarumanegara jarang diketahui. Dalam berbagai prasasti hanya
menyebutkan nama Maharaja Purnawarman. Kemungkinan besar ketika Raja
Linggawarman turun tahta. Beliau digantikan oleh menantunya Tarusbawa.
•
Tahun
670 M, Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda
Sambawa, merubah nama Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan
Sunda. Peristiwa itu membuat Wretikandayun,
cicit Manikmaya yang saat itu menjadi Raja
Kerajaan Galuh memisahkan negaranya dari Tarusbawa.
•
Pemisahan
mendapat dukungan dari Kerajaan Kalingga.. Dukungan tersebut membuat Wretikandayun
meminta untuk wilayah Kerajaan Tarumanegara dibagi dua. Karena
ingin menghindari perang saudara, Raja Tarusbawa memecah wilayah
Kerajaan Tarumanegara menjadi wilayah Kerajaan Sunda dan
wilayah Kerajaan Galuh dengan Citarum
sebagai batasnya
Peninggalan
Kerajaan Tarumanegara
1.
Prasasti Tugu
•
Ditemukan
: Kampung Batutumbu, Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta
•
isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan
penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman
pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
2. Prasasti
Kebon Kopi
•
Ditemukan
: Kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor
•
Adanya
lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata,
yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
3. Prasasti Cidanghiyang/Lebak
- • Ditemukan : kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten, tahun 1947
•
Berisi
2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
•
Berisi
mengagungkan keberanian raja Purnawarman.
4.
Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak
•
Ditemukan:
bukit Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor,
menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak
kaki yang isinya :memuji pemerintahan raja Mulawarman.
5.
Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea
•
ditemukan
: tepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor
•
menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk
Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba
serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman.
6.
Prasasti Pasir Awi
•
Ditemukan:Lereng
selatan bukit Pasir Awi (± 559m dpl) di kawasan hutan perbukitan Cipamingkis
Kabupaten Bogor.
•
Prasasti
Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta
buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki.
7. Prasasti Muara Cianten
•
Terletak:
sungai Cisadane dekat Muara Cianten yang dahulu dikenal dengan sebutan prasasti
Pasir Muara (Pasiran Muara).
•
Prasasti Muara Cianten dipahatkan pada batu
besar dan alami berukuran2.70 x 1.40 x 140 m3.
•
Peninggalan
sejarah ini disebut prasasti karena memang ada goresan tetapi merupakan pahatan
gambar sulur-suluran (pilin) atau ikal yang keluar dari umbi.tetapi belum ada
yang bisa membaca prasasti ini.
0 komentar:
Posting Komentar